Langsung ke konten utama

Pengenalan Kota


Suatu kota dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya akan mengalami perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu. Aktivitas sosial, ekonomi, bahkan politik di suatu kota dapat mempengaruhi bentuk dan struktur kota yang ada dan sudah lama terbentuk. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan tersebut pasti membutuhkan lahan. Jika suatu kota dibangun tanpa perencanaan yang baik maka penggunaan lahan tersebut secara langsung akan mengakibatkan bentuk dan struktur kota yang baru, dan ini akan berpengaruh pula pada aspek–aspek lain di dalam kota tersebut.
Pemahaman terhadap bentuk dan struktur kota dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik suatu kota yang dapat membantu memperlancar jalannya proses perencanaan kota dalam rangka mencari solusi permasalahan kota. Dalam tulisan ini akan dipaparkan ringkasan literatur mengenai definisi, bentuk dan struktur kota dengan harapan arti penting yang berkaitan dengan perencanaan kota dapat mudah dipahami.
Definisi Kota
Definisi tentang kota dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Berikut beberapa definisi kota seperti yang saya kutip dari buku “Perancangan Kota Secara Terpadu” karya Markus Zahnd.
 Menurut Amos Rapoport, dari sudut pandang sosiologis sebuah kota adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial.
 Dari segi demografis-geografis, kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu, hidup dan bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu dan berpola hubungan rasional dan individualistis.
 Dari segi ekonomi, kota adalah pusat pertemuan lalu lintas perdagangan, ekonomi, kegiatan industri serta tempat perputaran uang secara cepat dan dalam volume banyak.
 Dari segi sosio-anthropologis, kota adalah hubungan antara manusia yang tinggal di kota sangat heterogen dan keaneka ragaman social budaya yang mengarah pada rasional, egois dan kurang intim.
 Dari segi arsitektur, sebuah pemukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hierarki-hierarki tertentu. Artinya, ciri-ciri morfologi, bentuk dan wujud perkotaan dapat sangat berbeda antara suatu wilayah terhadap wilayah lainnya.
Berdasarkan kutipan dari Jorge E.Hardoy, Amos Rapoport merumuskan kota dengan lebih spesifik melalui beberapa kriteria yaitu (Zahnd,Markus.1999:4):
 Ukuran dan jumlah penduduk yang besar terhadap massa dan tempat.
 Bersifat permanen.
 Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat.
 Struktur dan tata ruang perkotaan ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruang perkotaan yang nyata.
 Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja.
 Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, meliputi: sebuah pasar, pusat administratif atau pemerintahan, pusat militer, pusat keagamaan atau sebuah pusat aktifitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama.
 Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat.
 Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas.
 Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
 Pusat penyebaran, memiliki falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempatnya.
Bentuk Kota
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah bentuk dan pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah perkembangan dan bentuk fisik kota. Ekspresi keruangan morfologi kota secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14).
1. Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
a. Bujur sangkar (the square cities)
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasionil, merupakan bentuk yang statis, netral dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk bujur sangkar merupakan bentuk kota yang bercirikan dengan pertumbuhan di sisi-sisi jalur transportasi dan mempunyai kesempatan perluasan ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal relatif yang tidak begitu berarti. Hanya saja adanya jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan area kota pada arah jalur yang bersangkutan.
b. Kipas (fan shaped cities)
Bentuknya sebagian lingkaran, arah ke luar kota mempunyai perkembangan yang relatif seimbang.
c. Empat persegi panjang (the rectangular cities)
Merupakan bentuk kota yang pertumbuhannya memanjang sedikit lebih besar daripada melebar, hal ini dimungkinkan karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan area kota pada salah satu sisinya.
d. Pita (ribbon shaped cities)
Merupakan bentuk kota dengan peran jalur transportasi yang dominan, terbentuk pola kota yang memanjang.
e. Bulat (rounded cities)
Merupakan bentuk kota yang paling ideal, karena jarak dari pusat kota keluar kota hampir sama. Selain itu perkembangan pembangunan keluar kota terjadi secara cepat.
f. Gurita/bintang (octopus shaped cities)
Merupakan bentuk kota yang jalur transportasinya mirip seperti ribbon shaped city, hanya saja pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi keberbagai arah keluar kota.
g. Tidak berpola (Unpattern cities)
Kota dengan pola demikian merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis yang khusus, yaitu daerah dimana kota tersebut telah menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala pertumbuhan sendiri.
2. Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:
a. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi, sehingga peran jalur transportasi sangat dominan.
b. Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan induk, tetapi cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah permukiman yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).
c. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
d. Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi dan komunikasi yang akhirnya tercipta bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”.
Pola Kota
Pola suatu kota sangat berpengaruh dalam perkembangan fisik kota. Terdapat lima jenis pola kota antara lain:
1. Pola Kota Radio konsentris (Ring Radial). Bentuk kota ini memiliki pusat di tengah kota dengan tujuan agar dapat melayani daerah sekitarnya dari segala arah. Pola ini biasanya diterapkan pada kota-kota kerajaan.
2. Pola Kota Linier. Ciri-ciri dari pola ini antara lain: pusat tidak jelas, tumbuh di sekitar jaringan jalan yang ada dan biasanya terdapat di kota-kota pantai.
3. Pola Kota Grid (Rectalinier). Ciri-ciri dari penggunanan pola ini antara lain: pusat kota biasanya terdapat disembarang tempat, tidak memiliki jenjang, penggunaan tanah efisien dan optimal, banyak jalan dan persimpangan.
4. Pola Satelit. Merupakan kota-kota kecil yang masih tergantung pada kota induknya. Fungsi kota ini sebagai: kota tidur (dormitory city), kota kampus dan kota hiburan (entertaint city)
5. Pola Kota Constalation. Kota ini merupakan kota-kota kecil yang tidak memiliki kota induk. Bentuk kota ini ditentukan oleh struktur kota itu sendiri ditentukan oleh elemen-elemen kota dan zoning.
Urban Sprawl
Perkembangan fisik kota yang tidak beraturan menyebabkan perubahan bentuk kota. Secara garis besar terdapat tiga jenis proses perluasan areal kekotaan atau urban sprawl. (Yunus, 2000: 125)
1. Perembetan konsentris, merupakan jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada seluruh bagian luar kenampakan fisik kota. Membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak sehingga peran transportasi terhadap perembetan konsentris ini tidak begitu besar.
2. Perembetan memanjang, menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di seluruh bagian sisi-sisi luar dari pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.
3. Perembetan meloncat. Perkembangan lahan kekotaan terjadi berpencaran secara sparadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian sehingga keadaan yang demikian sangat menyulitkan Pemerintah Kota untuk membangun prasarana-prasarana fasilitas kebutuhan hidup sehari-hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil program studi Teknik Planologi (Perencanaan wilayah dan Kota)

                Sebagai seorang mahasiswa planologi saya menyadari bahwa pengetahuan masyarakat mengenai program studi / jurusan ini sangat kurang, khususnya bagi para calon – calon mahasiswa yang sedang mencari jurusan untuk melanjutkan studinya .          Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama Teknik Planologi, merupakan salah satu program studi di UIN Alauddin Makassar, berdiri pada tahun 2006 silam. PWK adalah program studi yang berkaitan dengan berbagai bidang ilmu yang lain, baik ilmu keteknikan maupun sosial ekonomi.

Sedikit Cerita Tentang Perjalananku Dari Makassar Menuju Ke Kabaena (Desa Pongkalaero).

ku awali cerita ini, dengan bismillahirrahmani rahim. atau unduh Hari ini adalah tanggal 14 Februari 2012, yaitu hari dimana Aku akan pulang kampung karena ada libur panjang semester ganjil. Segala sesuatu telah Aku persiapkan untuk pulang kampung kali ini. Hehehehe maklumlah ini adalah kali pertama ku pulang kampung pada liburan semester ganjil. Tak lupa kacamata hitam ku sambar dari atas meja dan berpose layaknya artis (vokalis Band Radja kali yee). Setelah semua barang-barang sudah siap mulai dari tiket hingga kacamata kini Aku pun siap untuk berangkat.. upsss.. motor blade keluaran tahun 2009 silver ku lupa di amankan. Akhirnya dengan susah-payah dan agak terburu-buru karena takut kemalingan dan ketinggalan kapal, aku menaruh motor itu di dalam kamar tidur dan menguncinya rapat - rapat di rumah kontrakanku (heheh maklum mahasiswa ngontrak rumah lahh..). setelah semuanya beres waktunya untuk berangkat, eh tiba-tiba Aku kebelet pipis lagi.. upss mungkin pengaruh kesenangan ka

TENTANG KOTA METROPOLITAN

Metropolitan   adalah :   istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Secara etimogi (asal kata) kata metropolitan (kata benda) atau metropolis (kata sifat) berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata meter yang berarti ibu dan kata polis yang berari kota. (Wackerman, 2000). Pada masa itu, metropolitan memiliki makna sebagai “kota ibu” yang memiliki kota-kota satelit sebagai anak, namun dapat juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota negara (city-state), atau sebuah propinsi di kawasan Mediterania (Winarso, 2006). Definisi kawasan metorpolitan yang relevan dalam konteks negara Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang tersebut mendefinisikan kawasan metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan