Entah mengapa, rasanya cukup sampai di sini aku melangkah. Mungkin aku memang telah terlalu lelah. Mengejarmu, membangun mimpiku, memintamu menjadi pendampingku.
Aku juga tahu, kamu pasti telah bosan denganku bukan? Sudahlah, tak perlu mengeja perasaanku. Lebih baik kamu pikirkan tentang dirimu sendiri, tak perlu ragu untuk ucapkan salam perpisahan, mungkin takdir kita hanya cukup sampai di sini.
Andaikan aku dukun, aku cuma menginginkan satu keistimewaan. Aku ingin melihat paling dasar hatimu. Aku ingin melihat nama seseorang yang sedang engkau sembunyikan itu. Aku cuma menginginkan itu.
Aku pengganggu. Bukankah itu yang sedang engkau alami wahai permainsuri hatiku-ku? Terlalu pengganggukah aku sehingga engkau mendiamkan aku tak menggubris. Engkau campakkan aku dalam keheningan dan kesunyian. Engkau campakkan aku dalam jutaan kemelut rindu.
Maaf karena aku telah jatuh cinta padamu.
Maaf bila rasa ini tak mampu kubendung.
Maaf jika cintaku ini hanya membuatmu sakit perut dan mual ingin segera meninggalkan aku.
Maaf bila aku tak mampu menyembunyikannya.
Maaf atas segala kecemburuanku. Jujur, aku mengerti aku tidak berhak untuk cemburu padamu toh aku bukan siapa-siapa. Untuk itu, ijinkan aku mengucapkan salam perpisahan.
Ada banyak pria yang lebih pantas untukmu. Ada banyak lelaki yang lebih berhak bagimu daripada aku. Ada banyak pria di luar sana yang mampu mencintaimu melebihi aku mencintaimu. Maka maafkan aku yang tak memiliki cinta lebih.
Bahkan cinta pun memiliki batas asa.
Bahkan cinta pun memiliki batas cemburu.
Yakinlah wahai engkau yang sedang kucintai, aku akan berhenti cemburu secepat aku berhenti mencintaimu. Selama cinta itu ada, tak akan pernah mampu ku tepis rasa cemburu itu.
Aku yakin, bagimu tak akan sulit untuk melupakanku. Ada banyak pria di sekelilingmu yag mampu untuk membuatmu melupakan aku. Namun ketahuilah, akan sangat sulit bagiku untuk melupakanmu. Maka sebelum rasa itu mengakar hingga pembuluh jantung, ijinkan aku menakar kembali perasaan itu. Ijinkan aku sejenak rehat dari sakit hati ini.
Dirimu adalah wanita terbaik yang pernah ku ketahui. Dari semua wanita yang pernah kucintai, kamu adalah yang paling kuinginkan untuk kunikahi. Namun sepertinya takdir kita cukup melangkah sampai di sini, sudah cukup! Ijinkan aku mengucapkan salam perpisahan.
Aku marah? Tidak! Itu sama sekali bukan kemarahan. Hanya ada milyaran rasa cemburu yang membelenggu hati ini. Rasa cemburu yang mungkin terlalu berlebihan menurutmu, namun itu adalah cemburuku yang telah ku tekan dan ku tekan lagi. Bukankah dulu aku pernah berjanji untuk tidak cemburu kepadamu, namun rasanya aku tak akan mampu menepati janji itu. Aku terlalu mencintai kamu.
Tidak apa-apa. Tak perlu menakar rasa hatiku ini. Tak perlu memikirkan diriku ini. Urus saja urusanmu. Biarkan saja hati ini terus bergelok, tak perlu kau hiraukan. Mungkin memang takdir kita cukup hingga sampai di sini.
Selamat berpisah.
Setelah kisah kita ini, kuharap kita masih akan terus merajut sebuah persahabatan abadi. Semoga ini adalah kisah terbaik kita dalam panggung kehidupan. Semoga Tuhan memberikan kisah-kisah terbaik bagi kehidupan kita.
Sebelum aku menutup surat ini, ada satu hal yang ingin kuucapkan kepadamu yang tak pernah mampu kuucapkan secara lisan. Lidahku selalu kelu dan dadaku bergemuruh hebat saat ingin mengutarakannya. Mungkin dengan tulisan segalanya akan menjadi lebih mudah.
Permainsuri hatiku, aku mencintamu. Aku mencintaimu…
Komentar