Ada sebuah cerita dari nenek yang sering di ceritakan kepada cucu cucunya yaitu pada masa gerombolan yaitu masa pemberontakan separatis pasca kemerdekaan. beginilah ceritanya::
DULU Kondisi obyektif Paska Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945, catatan Sejarah perjalanan Bangsa, gangguan kamtibmas masih sangat mewarnai eksistensi NKRI, yang seharusnya seluruh Rakyat Indonesia harus bangga dan bersyukur atas diproklamirkannya NKRI. Namun di beberapa daerah masih terdapat ketidak puasan sebagian kecil masyarakat. Dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya gerakan – gerakan separatis tertentu yang nyata – nyata ingin memanfaatkan momentum paska kemerdekaan untuk kepentingan pribadi maupun golongan itu sendiri. Sejarah perjalanan bangsa mencatat gerakan separatis yang berpotensi mengancam peta politik keamanan, ketertiban dan ketahanan Bangsa Indonesia seperti :
DULU Kondisi obyektif Paska Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945, catatan Sejarah perjalanan Bangsa, gangguan kamtibmas masih sangat mewarnai eksistensi NKRI, yang seharusnya seluruh Rakyat Indonesia harus bangga dan bersyukur atas diproklamirkannya NKRI. Namun di beberapa daerah masih terdapat ketidak puasan sebagian kecil masyarakat. Dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya gerakan – gerakan separatis tertentu yang nyata – nyata ingin memanfaatkan momentum paska kemerdekaan untuk kepentingan pribadi maupun golongan itu sendiri. Sejarah perjalanan bangsa mencatat gerakan separatis yang berpotensi mengancam peta politik keamanan, ketertiban dan ketahanan Bangsa Indonesia seperti :
1. Peristiwa
Madiun 1948 DI/TII Kartosuwiryo.
2. Gerombolan
Pengacau Keamanan di Sultra.
3. Permesta di
Manado
4. RMS di
Maluku Selatan
5. Peristiwa G
30 S / PKI
Adapun
peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan gerakan separatis khususnya yang
terjadi di Pulau Kabaena / Sikeli yang telah mengukirkan sejarah keberadaan
Pasukan Mobrig untuk pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Kabaena sebagai
berikut :
Menyingkapi
kondisi obyektif yang terjadi di seluruh pelosok Pulau Kabaena, dimana saat itu
telah terjadi pembumihangusan pemukiman penduduk dengan cara pembakaran rumah –
rumah penduduk secara massal serta pembantai rakyat terjadi dimana – mana yang
secara sistematis rencana gerombolan pengacau keamanan ingin menguasai potensi
alam yang ada di Pulau Kabaena utamanya hasil bumi dan laut yang saat itu cukup
menjanjikan bagi kaum pebisnis.
Di beberapa
desa pesisir telah terjadi pengungsian secara besar – besaran antara lain ada
yang mengungsi dan bersembunyi di hutan – hutan sebagian lagi meninggalkan
pulau kabaena menuju Bau – Bau, Pulau Muna bahkan sampai ke Kepulauan Tukang
Besi / Distrik Binongko saat itu.
Atas
dasar kondisi diatas, salah seorang Tokoh Sentral Kabaena atas nama H. MISBAH
dan teman – teman bersepakat dan menghadap Kepala Distrik Kabaena yang saat itu
dijabat oleh Bapak ABD. MUIS meminta restu dan dukungan untuk berkenan
memberikan ijin untuk berangkat ke Jakarta menghadap Perdana Menteri yang saat
itu dijabat oleh Mr. ALI
SOSTROAMIDJOYO merangkap Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan untuk
meminta bantuan pengamanan Pulau Kabaena / Distrik Kabaena. Ini dilakukan
karena kenyataan saat itu bila terlambat mendapat bantuan pasukan keamanan maka
diperkirakan kabaena akan mengalami kehancuran yang telah merenggut nyawa
sebagian rakyat kabaena.
Dari hasil
perjalanan utusan Tokoh Masyarakat Kabaena tersebut bahwa pada Oktober 1956
menghadap masing – masing :
1. H. MISBAH ( Alm ) selaku Ketua Tim
2. AHMAD SYAIFUDDIN NURDIN ( Alm )
3. MUHAMMAD SANUSI
4. ANDI HUSAINI
Hasil pertemuan tersebut oleh Mr. ALI
SOSTROAMIDJOYO membekali keempat tokoh tersebut dengan Surat Mandat untuk segera berangkat
kembali ke Kabaena dan selanjutnya diperintahkan singgah mengambil Pasukan
Mobrig di Makassar dan dari Makassar dalam waktu yang singkat utusan tersebut
mendapat bantuan 1 ( satu ) Kompi Mobrig di bawah komandan kompi KAPTEN
DUMALANG dan berangkat menuju Bau – Bau. Selanjutnya menuju kabaena dengan
menggunakan Kapal Permata dan pendaratan pertama di Dongkala Kabaena Timur
kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tangkeno, Teomokole dan pasukan terakhir
ditempatkan di Pos Sikeli dan mereka inilah yang menjadi sasaran penyerangan
dan mengakibatkan gugurnya lima orang Pahlawan Bhayangkara untuk mempertahankan
kokohnya NKRI. Adapun kelima orang Pahlawan tersebut adalah :
1. BRIGADIR PAIMIN
2. BRIPTU SAIM
3. BHARATU WAGIMO
4. BHARATU TUMO
5. BHARATU HARYANTO
Selain pertempuran diatas terjadi
pula pertempuran di Desa Tiamole, Sikeli Kabaena. Regu Mobrig yang dipimpin
oleh KDP PANGGALA seakan tidak melaksanakan perintah dengan baik / melawan
perintah ketika mendapat perintah untuk tugas di Desa Tiamole. Oleh pimpinan
pasukan atau Danton IMIN SUMODIHARJO dari Kompi 5158 / Tello, regu KDP PANGGALA
digantikan oleh Regu yang dipimpin oleh SAING. Setelah masuk di Pos terjadilah pertempuran melawan gerombolan. Dari
kejadian ini Regu Mobrig yang dipimpin SAING mengalami korban mati 8 orang
hilang 1 orang sedangkan 1 orang selamat dalam keadaan kaki kena tembak ( Danru
SAING ). Adapun korban yang meninggal antara
lain :
1. Agen Polisi Tk II KARANGAN
2. Agen Polisi Tk II TILING
3. Enam orang yang lain belum diketahui namanya.
Untuk mengenang kelima Pahlawan
Bhayangkara Mobrig tersebut maka dilakukan pembangunan “ Tugu peringatan gugurnya Pahlawan Bhayangkara Mobrig dalam rangka
mempertahankan NKRI melawan Gerombolan Pengacau Bangsa, Negara dan Rakyat Indonesia
“atau “ Tugu
Peringatan Sikeli “. Peresmian Tugu Peringatan ini dilakukan pada
tanggal 23 Mei 2007 yang ditandai dengan penandatanganan Prasasti Tugu tersebut
oleh Kapolda Sultra Brigjen. Pol. Drs. Anang Y. Sisworo, SH dan Bupati Bombana
DR. H. ATIKURAHMAN, MS. Peresmian ini diawali dengan
kegiatan Perpolisian Masyarakat berupa Sosialisasi tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Peran Korps Brimob Polri dan dilanjutkan dengan Napak Tilas Sat Brimobda
Sultra dalam menempuh Rute Gerilya Perjalanan Sejarah Kompi Mobrig sejak
menginjakkan kaki di Bumi Kabaena mulai dari Dongkala (Kabaena Timur sekarang)
hingga ke Sikeli ( Kabaena Barat ) tempat tugu peringatan berdiri. Tugu ini
merupakan salah satu dari tiga tugu peringatan kepahlawanan Pasukan Mobrig yang
ada di Kabupaten Bombana. Dua tugu lagi terdapat di Kecamatan Poleang dan
Kecamatan Kasipute.
Komentar