Langsung ke konten utama

Sedikit Cerita Tentang Perjalananku Dari Makassar Menuju Ke Kabaena (Desa Pongkalaero).

ku awali cerita ini, dengan bismillahirrahmani rahim. atau unduh
Hari ini adalah tanggal 14 Februari 2012, yaitu hari dimana Aku akan pulang kampung karena ada libur panjang semester ganjil. Segala sesuatu telah Aku persiapkan untuk pulang kampung kali ini. Hehehehe maklumlah ini adalah kali pertama ku pulang kampung pada liburan semester ganjil.
Tak lupa kacamata hitam ku sambar dari atas meja dan berpose layaknya artis (vokalis Band Radja kali yee). Setelah semua barang-barang sudah siap mulai dari tiket hingga kacamata kini Aku pun siap untuk berangkat.. upsss.. motor blade keluaran tahun 2009 silver ku lupa di amankan. Akhirnya dengan susah-payah dan agak terburu-buru karena takut kemalingan dan ketinggalan kapal, aku menaruh motor itu di dalam kamar tidur dan menguncinya rapat - rapat di rumah kontrakanku (heheh maklum mahasiswa ngontrak rumah lahh..). setelah semuanya beres waktunya untuk berangkat, eh tiba-tiba Aku kebelet pipis lagi.. upss mungkin pengaruh kesenangan kali yee..
Waktunya berdoa dan mengunci pintu rumah. Setelah itu, Akupun berangkat menuju pelabuhan Soekarno - Hatta Makassar. Yah jarak antara rumah kontrakan dan pelabuhan kira-kira 21 Km. awalnya Aku berencana naik taksi karena angkot gak nongol - nongol. “Ahh… mungkin angkot udah gak beroperasi jam segini” pikirku dalam hati, karena jam udah menunjukkan pukul 22.10 wita.  Terpaksa aku menelpon taksi. Setelah beberapa saat taksi ku telpon, eh tiba-tiba angkotnya nongol untungnya taksi belum muncul. Akhirnya Aku putuskan naik angkot saja karena lebih murah (Rp.3000/penumpang sekali jalan) walaupun lumayan lama sampainya daripada naik taksi (mungkin biayanya mencapai Rp 50.000), apalagi jarak kontrakanku lumayan jauh. Dengan agak merasa bersalah pada si sopir taksi Akupun menaiki angkot itu. Cukup asyik juga dengan AC alami. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam Aku pun turun di sekitar pasar sentral karena harus naik angkot lain untuk sampai ke pelabuhan karena angkot punya jalur masing-masing sebab angkot yang Aku tumpangi batas terjauh adalah disentral atau mall MTC makassar. Setelah menunggu agak lama angkot tidak nongol juga, Aku berencana untuk naik becak atau Bentor (Motor yang dimodifikasi sehingga menyerupai becak) tetapi dengan biaya yang dikeluarkan agak mahal (Rp.10.000-15.000 sampai ke depan pelabuhan) apalagi uang ku saat ini sangat lah pas pasan. Akupun berpikir sejenak “mungkin kalau naik taksi lebih murah karena jarak dari sentral ke pelabuhan tidak jauh lagi” pikirku dan akhirnya Aku memutuskan untuk naik taksi dengan biaya Rp.7.000 saja.
Setelah sampai di pelabuhan dengan tas ransel ku, aku pun berjalan menuju ke pintu masuk pelabuhan dan tidak menunggu waktu yang lama para penumpang sudah dipersilahkan masuk ke dalam kapal (KM. DOBONSOLO). Sampai didalam kapal Akupun harus mencari tempat untuk beristirahat dan menyimpan Tas bawaanku karena penumpang kapal sangatlah banyak. Akhirnya Aku dapatkan tempat juga tetapi harus membayar kepada CALO sekitar Rp.5.000/tempat. “ahh iklasin saja mungkin sudah rejekinya”pikirku dalam hati.
Kapalnya berangkat pada pukul 01.45 wita. Aku pun tidak sempat jalan-jalan melihat ketika kapalnya berangkat. Aku terbangun pada pukul 08.00 pagi dan langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka setelah itu Aku langsung ke dek atas kapal untuk mencari makanan juga untuk melihat pemandangan laut lepas. Akhirnya aku bertemu dengan teman sekampungku yang akan mudik juga. Asyik juga ketika bertemu teman di kapal karena waktupun tidak terasa ketika sampai di tempat tujuan.
KM. DOBONSOLO sandar di pelabuhan Murhum Kota Bau-bau pada pukul 15.00 wita. Akupun bergegas untuk turun. Aku melangkahkan kakiku menuju ke pintu keluar kapal dan tiba tiba bruukk….. tas ranselku putus.. “oh my god, kenapa ini tasku kodonk(dengan logat Makassar), ucapku. Akupun memegang tas ku menuju ke tempat naik ojek. “karena tarif yang di tetapkan abang ojek mungkin agak mahal akhirnya Aku berniat naik becak saja karena bisa melihat pemandangan kota sebelum sampai di rumah paman. Disepanjang jalan aku memotret beberapa objek yang ku anggap unik. “Wahh ternyata asyik juga naik becak”. Pikirkuku dalam hati. Aku sampai dirumah dan beristirahat.
Malamnya aku sempat jalan-jalan ke objek wisata yang ada di kota Bau-Bau yang begitu ramai di kunjungi oleh warga kota yaitu pantai kamali (istilah gaulnya Kamali beach). Ramai sekali orang-orang disini duduk dengan santai di melihat pemandangan kota. Asyiknya tidak ada pengganggu seperti pengamen jadi para pengunjung bebas melakukan kegiatanya seperti memancing dan lain-lain tanpa ada gangguan pengamen. Cuma ada para pedagang asongan yang menjajakan dagangannya di sekitar pantai kamali. Setelah jam 22.40 aku pulang karena pagi-pagi aku harus melanjutkan perjalanan menuju ke kampung tercinta yaitu Kabaena. Sampai di rumah paman aku pun langsung makan dan istirahat.
Keesokan harinya Aku bangun jam 07.00. “mungkin Aku akan ketinggalan kapal nihh?” pikirku. Aku pun langsung bergegas mandi dan bersiap siap berangkat. Aku pamit kepada paman dan bibi sebelum berangkat. Akupun memulai perjalanan dari rumah menuju ke pelabuhan menggunakan jasa O.J.E.K. alias abang ojek. Yaahh kira kira menempuh perjalanan sekitar 10 menit untuk sampai di pelabuhan ferry dengan biaya Rp.3000. “Mungkin kapalnya udah berangkat karena biasanya jam 08.00 tepat udah berangkat, ohh.. tuhan semoga Aku tidak ketinggalan kapal”,pikirku. Untungnya sampai di pelabuhan kapalnya masih ada. Dan tinggal 15 menit lagi akan berangkat. Aku pun langsung membeli tiket dan harus mengantri untuk mendapatkan tiket seharga Rp.27.000 itu. setelah itu naiklah aku ke kapal ferry itu.
Lapar mulai menyerangku karena aku lupa sarapan tadi dirumah paman. Akhirnya aku membeli pop mie yang harganya lumayan mahal atau mahalnya minta ampun. Setelah menempuh perjalanan 6-7 jam akhirnya sampai juga di pulau Kabaena yaitu di pelabuhan dongkala. Tetapi perjalanan ku belum cukup sampai disini karena aku masih harus naik DAMRI alias bus untuk sampai di Desa Pongkalaero (kampung halamanku). Bus membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai di kelurahan teomokole karena bus tidak bisa sampai di desa pongkalaero disebabkan jalannya cukup terjal dan berbahaya bagi bus. Setelah itu aku melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor karena ayahanda tercinta sudah standby menunggu di situ. Perjalanan pun dilanjutkan dengan membutuhkan waktu kira kira 1 jam untuk sampai di desa pongkalaero. yahh sampailah aku di desa pongkalaero. perjalanan yang cukup melelahkan apalang jalan yang belum di aspal membuat seluruh badanku sakit dan lemas. Perjalanan hari itu cukup panjang karena harus melewati beberapa desa yaitu dongkala – balo - ulungkura-tapuhaka – tolitoli – wombumburo – eneno – lengora – lamonggi – rahantari – baliara – sikeli – rahampuu – teomokole – langkema – batuawu - puununu dan desa pongkalaero. itulah cerita ku ketika pulang kampung..

Komentar

bunga mengatakan…
keren yah kabaena
Petualang mengatakan…
Smoga sbgai generasi muda yg trlebih lg dgn latar blkang pndidikan yg tinggi bs mmbawa perubahan pd ds.Pongkalaero trutama mnghilangkan kbiasaan negatif kaum laki-laki di Pongkalaero yg mayoritas doyan minum arak.Bgtu jg mmpu mmbuat lapangan kerja di desanya sndri agar tdk bangga n sukses krn jd TKI.Sbuah pngalaman hidup yg pahit n getir tlh trjdi dimna seorg laki2 Pongkalaero mngawini gadis dr pulau lain hnya dijadikan pkerja di kebunnya bhkan diajak utk krja di Malasyia sdg hasil jerih payahnya trnyata yg menikmati org tua si laki laki itu di kampung Pongkalaero.Kebiasaan minum,berjudi n bhkan selingkuh yg mmbuat seorg gadis baik2 yg dijadikan istri tega meninggalkan laki2 Pongkalaero itu semasa msh di Malasyia n tdk prnah kmbli/brcerai.Seorg wanita yg dr kluarga baik2 n semasa gadisnya jg baik2 tp stlah diperistri n diperlakukan semena2 akhirnya nyaris mnjdi wanita nakal.Ktika kluarga wanita itu mncari si laki2 utk dimintai sejauh mna tanggungjwabnya sbgai suami trnyata laki2 dr Pongkalaero itu melarikan diri n sembunyi dr kampungnya.Sbuah kisah nyata n pengalaman brharga serta bgaimnapun pnduduk skitar pulau Kabaena sdh pd tau sprti apa kelakuan laki2 Kabaena pd umum tulisan ini jd bahan renungan utk generasi Pongkalaero

Postingan populer dari blog ini

Profil program studi Teknik Planologi (Perencanaan wilayah dan Kota)

                Sebagai seorang mahasiswa planologi saya menyadari bahwa pengetahuan masyarakat mengenai program studi / jurusan ini sangat kurang, khususnya bagi para calon – calon mahasiswa yang sedang mencari jurusan untuk melanjutkan studinya .          Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama Teknik Planologi, merupakan salah satu program studi di UIN Alauddin Makassar, berdiri pada tahun 2006 silam. PWK adalah program studi yang berkaitan dengan berbagai bidang ilmu yang lain, baik ilmu keteknikan maupun sosial ekonomi.

TENTANG KOTA METROPOLITAN

Metropolitan   adalah :   istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Secara etimogi (asal kata) kata metropolitan (kata benda) atau metropolis (kata sifat) berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata meter yang berarti ibu dan kata polis yang berari kota. (Wackerman, 2000). Pada masa itu, metropolitan memiliki makna sebagai “kota ibu” yang memiliki kota-kota satelit sebagai anak, namun dapat juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota negara (city-state), atau sebuah propinsi di kawasan Mediterania (Winarso, 2006). Definisi kawasan metorpolitan yang relevan dalam konteks negara Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang tersebut mendefinisikan kawasan metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan