A. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi.
Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
B. Pengertian Geografi Transportasi
Geografi transport yaitu diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alat baik dari tenaga maupun dari lingkungan sekitar seperti alat transportasi memakai tenaga hewan. Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu. Dan mempunyai tujuan mempermudah komunikasi.
C. Sejarah Transportasi
1. Sejarah Singkat Transportasi Darat
Manusia mengawali pemindahan barang dengan menggunakan tangan dan punggungnya. Akibat keterbatasan kapasitas angkut dan jarak tempuh manusia mulai memanfaatkan hewan sebagai alat transporatsi, sehingga produktivitas, jarak tempuh dan kecepatan semakin meningkat.
Dengan teknologi sederhana dikembangkan roda dan selanjutnya dihasilkan sebagai ukuran dan tipe kereta. Sejalan dengan perkembangan dunia otomotif, mesin dan informatika, manusia berhasil memanfaatkan sumber daya alam untuk menciptakan berbagai jenis dan ukuran kendaraan.
Dengan teknologi sederhana dikembangkan roda dan selanjutnya dihasilkan sebagai ukuran dan tipe kereta. Sejalan dengan perkembangan dunia otomotif, mesin dan informatika, manusia berhasil memanfaatkan sumber daya alam untuk menciptakan berbagai jenis dan ukuran kendaraan.
2. sejarah singkat transportasi air
Sebelum mampu memanfaatkan tenaga angin, rakit atau perahu merupakan pilihan utama untuk angkutan barang atau penumpang di air. Dengan didukung perkembangan teknologi mesin, otomotif dan elektronika, manusia akhirnya setahap demi setahap berhasil mengatasi keterbatasan kapasitas angkut penumpang dan barang, jarak tempuh dan kecepatan dengan menciptakan perahu bermotor, kapal laut dengan berbagai jenis, fungsi dan ukuran. Teknologi penggeraknya pun berkembang, yang awalnya hanya dari kayu yang berfungsi sebagai dayung, sekarang menjadi turbin dan motor diesel.
3. Sejarah Singkat Transportasi Udara
Pemanfaatn burung merpati sebagai sarana transportasi informasi antar wilayah, bahkan antar benua, cukup untuk mengatasi kebutuhan kecepatan pergerakan informasi namun terbatas pada kapasitas angkut barang.
Belajar dari kemampuan alamiah tersebut, perkembangan teknologi otomotif, elektronik, mekanika di dalam usaha perwujudan suatu bentu teknologi yang cepat dan nyaman memindahkan penumpang dan barang dalam jumlah yang lebih banyak ke tempat yang jauh. Pesawat terbang, helikopter, hidrofoil dan jenis – jenis angkutan udara lainnya merupakan bukti hasil kerja keras manusia, bahkan kini manusia mencapai luar angkasa. Teknologi pergerakan dalam hal ini berkembang yang awalnya dari motor bakar, turbin, jet hingga roket.
D. Peran Transportasi
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar. Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang potensial mengubah kualitas udara perkotaan.
E. Perkembangan Transportasi
Perkembangan transportasi sekarang membawa dampak kehidupan yang lebih baik. Tenaga manusia berpindah menjadi tenaga mesain sehingga mempermudah masyarakat untuk melakukan aktifitas walaupun tempat tersebut jauh. Namun Kemacetan yang semakin banyak di jalan karena jumlah kendaraan pribadi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas jalan.
Semakin banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan umum, semakin efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan salah satu pemecahan masalah yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia: kemacetan
F. Peranan Transportasi Dalam Tata Ruang Kota Dan Wilayah
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan
menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.
Transportasi di dalam Lingkungan Perkotaan
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar. Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang potensial mengubah kualitas udara perkotaan. Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti perkembangan sosial-ekonomi perkotaan itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya perkotaan dalam hal wilayah spasial (ruang) dan aktivitas ekonominya, akan semakin besar pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak ini akan semakin terasa di daerah-daerah pusat kegiatan kota. Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap lingkungan yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Ada tiga aspek utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan (Moestikahadi 2000), yaitu:
- Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia).
- Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan, sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya.
- Aspek teknik mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.
Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang (spatial pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di perkotaan (Miller 1985) :
- Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, atau berjalan kaki,
- Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya.
- Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.
Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem transportasi perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi, massal, dan sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu.
Pola Perjalanan di Daerah Perkotaan
Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat tujuan bekerja, bersekolah atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja, ke tempat-tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai di luar rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam masalah perjalanan adalah adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang memperlihatkan adanya lintasan, alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola perjalanan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di perkotaan (permukiman, perbelanjaan, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain).
Kebijakan Transportasi
Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman, dan mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota. Penyusunan kebijakan transportasi dilakukan oleh Departemen Perhubungan, setelah berkoordinasi dengan beberapa departemen lain yang terkait, misal: Departemen Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertahanan, dan Departemen Keuangan. Selanjutnya pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan).
Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam pembangunan secara menyeluruh. Transportasi juga sangat berkaitan dengan penggunaan lahan, baik di desa maupun di kota.
Transportasi Publik dan Pribadi
Dalam sejarahnya, aspek sosial budaya yang merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya masyarakat di atas menciptakan kendaraan tak hanya sebagai alat manusia untuk bepergian. Namun sebuah nilai prestise bagi orang yang memilikinya. Oleh sebab itulah di negara ini anggota dewan atau pun pejabat menginginkan kendaraan pribadi yang diambilkan dari uang rakyat. Kendaraan yang diinginkannya pun harus mempunyai nilai dan harga yang lebih dari pada umumnya. Jika ditelusuri kendaraan para raja atau kaum bangsawan misalnya, Sultan Solo memesan mobil Benz Phaeton dari Jerman pada tahun 1896, yang merupakan kedatangannya yang pertama di Indonesia. Mobil Buick-8 dan DeSoto sebagai kendaraan dinas pertama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama Soekarno dan Mohammad Hatta. Atau Seperti mobil Limousine bak terbuka yang ditumpangi John F. Kennedy saat ditembak Le Harvey Oswald yang menewaskannya.
Kendaraan pribadi sebenarnya dalam persepsi modernitas akan menjerumuskan dan mendorong terbentuknya manusia yang individualistik. Dirasakan atau tidak, terlepas dari perdebatan, kendaraan pribadi menciptakan manusia yang terpisah dari masyarakatnya. Keterpisahan dengan ‘yang lain’ memicu ketidakpeduliannya terhadap ‘yang lain’. Merepresi kehidupan sosial dan hubungannya dengan masyarakat. Dan inilah proyek modernisasi yang membentuk manusia materialistik dengan rasionalitas instrumental.
Munculnya kendaraan umum karena hubungan sosial, terbentuknya sistem masyarakat yang mempunyai tujuan demi keberlangsungan dan kebersamaan, serta kesejahteraan bersama memicu menciptakan kendaraan bersama (umum).
Pada titik ini, apabila penggunaan kendaraan pribadi diminimalkan dengan pengalihan kendaraan umum (publik) yang merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif, maka kedekatan dengan masyarkat tercipta. Lebih-lebih jika para pejabat membaur dengan warganya menggunakan kendaraan umum, maka hal-hal atau permasalahan yang terjadi pada rakyatnya akan ia ketahui, terutama dalam hal transportasi.
G. Perkembangan Transportasi
Kini kenyataannya kendaraan pribadi memiliki tingkat kenyamanan dan privasi yang lebih. Namun dibalik kebaikannya ini, kepemilikan kendaraan pribadi terlalu banyak juga menimbulkan banyak masalah. Kemacetan yang semakin banyak di jalan karena jumlah kendaraan pribadi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas jalan. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan umum, semakin efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan salah satu pemecahan masalah yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia: kemacetan.
Perkembangan transportasi sekarang membawa dampak kehidupan yang lebih baik. Menjamurnya kendaraan Mini Bus Trayek Manyaran – Wonogiri memudahkan orang untuk bepergian ke mana saja. Berbisnis ke pasar, kerja kantor, ke sekolah dan tempat tujuan lainnya. Sekarang penumpang tidak perlu berjubel atau bergelantungan di pintu. Bahkan anak-anak sekolah malah mempunyai langganan sendiri. Biasanya anak sekolah memilih minibus yang ada fasilitas musiknya yang njegler.
Tapi merebaknya armada minibus Manyaran – Wonogiri akhir-akhir ini, menjadi satu fenomena tersendiri. Mungkin minibus itu akan terus bertambah jumlahnya. Tapi ironisnya penumpang yang menggunakan alat transportasi ini sepertinya semakin merosot jumlahnya. Kita lihat saja berapa kali min-bus itu berseliweran setiap harinya dengan menyisakan banyak bangku jog yang masih kosong. Kemudian kernet dan sopir sudah kompak akan berlama-lama ngetem menunggu para pengguna jasa atau penumpang.
Mana yang benar melihat realitas ini? Para pengguna jasa transportasi yang berkurang atau terlalu banyaknya armada yang terus bermunculan? Yang namanya para penumpang menurut hemat saya masih tetap ada. Apalagi jam–jam tertentu terutama jam anak sekolah pulang pergi. Mungkin terasa berkurang penghasilan yang diporelah para bala roda. Dan minimnya setoran pada pemilik atau pengusaha transportasi menjadi beban para sopir untuk kejar setoran.
Masalah berkurangnya para pengguna jasa ini mungkin salah satunya disebabkan semakin banyaknya orang menggunakan kendaraan pribadi. Sekarang ini betapa mudahnya mendapatkan kredit motor, dengan begini orang cenderung lebih mudah untuk memiliki kendaraan tpribadi. Dan sekarang para perantau Manyaran kalau pulang kampung sudah banyak yang memakai kendaraan pribadi. Lihat saja kalo saat lebaran, berapa kendaraan bernomer polisi Jakarta.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpilan :
1. Penggunaan lahan adalah hasil akhir dari aktivitas dan dinamika kegiatan manusia dipermukaan bumi yang bukan berarti berhenti namun tetap masih berjalan (dinamis).
2. Transportasi dan pengunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan, transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik.
3. Keterkaitan antara Sistem Transportasi dan Pengembangan Lahan yaitu kajian yang tidak dapat terlepas dari eksistensi ruang dalam studi geografi. Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling berkaitan satu sama lain.
4. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas pembangunan.
5. Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik.
6. Pengurangan biaya transportasi pada umumnya akan membawa lebih banyak lahan yang dapat dipakai untuk pemukiman atau kegiatan ekonomi lainnya dengan akibat kepadatan pemakaian rata-rata akan berkurang.
H. Manfaat Transportasi
Transportasi ( perangkutan ) bukanlah tujuan melainkan saran untuk mencapai tujuan. Sementara itu, kegiatan masyarakat sehari – hari bersangkut paut dengan produksi barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan yang beraneka.karena itu manfaat dari transportasi dapat dilihat dari beberapa segi diantaranya adalah manfaat :
1. Manfaat ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan.kegiatan tersebut membutuhkan moda transporasi.dengan tranportasi bahan bahan baku dibawa menuju tempat produksi dan kepasar. Selain itu, dengan tranportasi pula konsumen daang ke pasar atau tempat pelayanan kebutuhan. Sementara itu distrubusi barang karena adanya transportasi akan berdampak pada beberapa hal yaitu :
· Terjadi transaksi pejual pembeli
· Persediaan barang antar daerah dapat disamakan
· harga barang antar daerah dapat disamakan
· spesialisasi dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan
· timbul komunakasi dalam perukaran barang antar masyarakat
2. Manfaat sosial
Untuk kepentingan sosial transportasi sangat membantu dalam berbagai kemudahan yaitu:pelayanan perorangan atau kelompok, pertukaran atau penyampaian informasi, perjalanan untuk bersantai dll.
3. Manfaat politis
Ada beberapa manfaat politis transportasi yaitu :
· Mencipakan persatuan nasional
· Menyebabkan pelayanan pada masyarakat dapat diperluas dengan lebih merata
· Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki dapat teratasi
· System transportasi yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkut penduduk dari daerah bencana
I. Isu Tranportasi
Saat ini, persoalan dalam sistem transportasi sudah terbilang kompleks. Tingginya tingkat pergerakan manusia dan barang sudah sudah tidak lagi hanya menyangkut persoalan supply dan demand, tapi sudah masuk pada ranah politik, tata ruang, aspek sosial, teknologi dan sistem informasi serta aspek lingkungan. Sementara itu, isu-isu yang berkembang pada konteks regional, nasional maupun global adalah dikembangkannya sistem transportasi massal , konversi bahan bakar fosil ke gas dan intelegensia transport management. Dalam hal manufaktur, pada level nasional, isu yang terus didiskusikan adalah sejauh mana industri manufaktur nasional bisa memproduksi mesin-mesin yang berstandar dengan tingkat emisi yang relatif rendah yang terkait dengan keinginan dan rencana Pemerintah Indonesia menurunkan tingkat emisi sebesar 26% atau setara dengan 2,9 metrik kubik karbon. Di Eropa, standar mesin-mesin yang digunakan untuk sarana transportasi sudah berstandar
Adapun beberapa isu nasional yang yang mengemuka di bidang transportasi adalah:
- Transportasi multi moda diperlukan untuk mengarah ke efisiensi pergerakan.
- Buruknya transportasi perkotaan menyebabkan kota-kota di Indonesia tidak efisien, tingkat kemacetan yanbg relatif tinggai, polusi udara yang relatif tingi serta menurunnya daya saing sehingga tidak mampu mendorong investasidan pertumbuhan.
- Angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi menyebabkan tingkat kepercayaanmasyarakat dan dunia usaha rendah dan menyebabkan rendahnya produktivitas nasional
Jika dikaitkan dengan persoalan yang dihadapi, secara umum bidang transportasi yang terdiri dari transportasi darat, udara dan laut dihadapkan pada persoalan real (nyata) berupa rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan. Hal ini dicirikan antara lain berupa :
- Rendahnya nilai indeks aksesibilitas dan mobilitas rata-rata jaringan jalan dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jaringan jalan provinsi;
- Belum optimalnya kemantapan jalan provinsi terutama di jalur jalan vertikal yang menghubungkan wilayah tengah dan selatan Jawa Barat;
- Masih kurangnya pembangunan jalan tol;
- Rendahnya kapasitas ruas jalan di perkotaan dengan nilai Volume Capacity Ratio (VCR) rata-rata mendekati nilai 0,8 pada tahun 2006;
- Kurangnya penyediaan angkutan massal dan jaringan jalan rel;
- Belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda;
- Belum optimalnya pelayanan Bandar Udara Husein Sastranegara dan bandara lainnya dalam melayani penerbangan komersial dari dan ke makassar
- Serta masih terbatasnya fungsi Pelabuhan Cirebon sebagai pelabuhan niaga;
- Tingginya pergerakan angkutan barang di regional Jawa Barat, sementaraJembatan Timbang yang berfungsi sebagai kontrol belum dapat optimal difungsikan.
J. Kebijakan Transportasi
Kemacetan lalu lintas di kota besar contohnya jakarta semakin hari semakin sulit diurai. Kemacetan lalu lintas itu selain mengakibatkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) juga menambah polusi udara di kota ini. Berbagai kebijakan transportasi pun telah dibuat, seperti Three in One, busway dan pembangunan jalan layang. Namun berbagai kebijakan itu belum mampu secara maksimal mengurai kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Kebijakan transportasi baru yang tengah digagas oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bidang transportasi salah satunya adalah electronic road pricing (ERP) atau pajak jalan raya. Kebijakan ini ditujukan untuk menggantikan kebijakan three in one yang dinilai tidak efektif dalam mengendalikan laju penggunaan mobil pribadi sebagai penyebab kemacetan lalu lintas dan polusi udara di Jakarta.
Pada prinsipnya, ERP adalah upaya mengatur aliran kendaraan dan kemacetan melalui mekanisme penarifan. Proyek ini nantinya akan mengacu pada pelaksanaan ERP di Singapura yang diterapkan sejak 1998, menggantikan area licensing scheme (ALS). Di negeri itu, ERP dibedakan sesuai dengan waktu, zona berkendaraan, dan jenis kendaraan. Dana yang diperoleh dari penerapan sistem ERP tersebut digunakan untuk mengembangkan transportasi publik (Infrastructure Watch, 2005).
Melihat sudah begitu banyaknya kebijakan yang dikeluarkan untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Jakarta, timbul pertanyaan, akankah proyek ERP berakhir dengan kegagalan seperti yang sebelumnya?
Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas proyek ERP ini. Pertama, pemilihan suatu kawasan untuk penerapan proyek ini harus berdasarkan parameter jumlah volume lalu lintas di daerah tersebut. Semakin tinggi jumlah volume kendaraan di suatu kawasan, akan menjadi prioritas utama penerapan proyek ini. Dengan parameter tersebut, diharapkan proyek ini mampu menurunkan secara signifikan kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Hasil penelitian Clean Air Project (CAP) Swisscontact pada 2005 mengenai volume kendaraan dan polusi udara justru menyebutkan pada saat jam kerja, volume kendaraan di Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, paling tinggi dibanding di kawasan lainnya, termasuk Jalan Thamrin (jalur Blok M-Kota). Penelitian itu juga menyebutkan bahwa pada hari libur, volume lalu lintas di Jalan Kyai Tapa tetap lebih tinggi dibandingkan dengan hari kerja. Jika Pemprov DKI Jakarta hendak menerapkan kebijakan ERP maka, pemberlakuan kebijakannya harus tepat di jalur yang padat lalu lintas.
Kedua, proyek ERP ini harus didahului atau minimal diikuti dengan upaya pembenahan tata ruang Kota Jakarta secara menyeluruh. Penyebab utama kemacetan lalu lintas di Jakarta adalah makin jauhnya permukiman penduduk dari pusat-pusat kegiatan, terutama tempat-tempat bekerja.
Peningkatan aktivitas ekonomi di Jakarta mengakibatkan harga tanah melambung tinggi sehingga tidak terjangkau oleh warga kebanyakan. Kebanyakan warga hanya dapat membeli rumah yang letaknya di pinggir kota, dan untuk aktivitas sehari-hari, mereka memilih menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Hal itu jelas terkait dengan kebijakan tata ruang kota, bukan semata-mata masalah transportasi.
Keberhasilan penerapan proyek ERP di Singapura tidak bisa dicontek habis karena kondisi geografis, sosial, anatomi kemacetan lalu lintas, dan tata ruang Kota Singapura berbeda dengan Jakarta. Berbeda dengan Singapura, di Jakarta, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, yang terutama harus dilakukan adalah membenahi tata ruang kota. Besarnya daya tarik Jakarta menjadi faktor utama yang membangkitkan lalu lintas di kota ini. Harus ada intervensi dalam kebijakan tata ruang Kota Jakarta untuk membagi daya tarik kota tersebut dengan daerah lainnya.
Kota ini harus secara sukarela dan bertahap merelokasi kawasan-kawasan komersial yang padat kendaraan ke luar Jakarta. Pembangunan hypermarket serta mal-mal perlu dibatasi agar tidak memadati Jakarta dan diusahakan penyebarannya ke luar kota. Bahkan Washington, DC, sebagai pusat pemerintah Amerika Serikat dan Paris sebagai pusat pemerintah Prancis mengharuskan mal-mal dibangun di luar kota. Kebijakan itu didasarkan pada kenyataan bahwa pengunjung mal-mal adalah konsumen yang berkendaraan pribadi.
Dengan mengayunkan langkah menyebarkan daya tarik pembangunan lebih adil dan lebih luas dalam membangun kawasan–ditopang oleh sistem angkutan yang bersifat komprehensif mencakup berbagai moda darat, sungai, laut, dan udara dengan mengacu pada perencanaan tata ruang yang memperhitungkan pola pembangunan berkelanjutan dengan dimensi ekonomi, sosial, dan ekologi–kebijakan transportasi baru bisa dipastikan akan berjalan efektif.
K. Transportasi Jalan Dan Manajemen
Iptek dan manajemen transportasi merupakan aspek penting dalam upaya mencapai kinerja sistem transportasi nasional yang lebih baik. Hal ini diantaranya dapat ditunjukkan dengan tingkat kehandalan, tingkat efisiensi yang dicapai, serta tingkat harga pelayanan jasa yang relatif murah. Dalam fungsinya sebagai faktor stimulan kegiatan ekonomi, pengembangan teknologi dan penataan manajemen transportasiakan secara langsung mempengaruhi kemampuan serta daya saing global bagi armada transportasi nasional baik jalan, kereta api, sungai, danau dan penyeberangan, maupun laut dan udara. Seperti diuraikan sebelumnya, permasalahan regulasi, pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta manajemen transportasi merupakan potret keseharian pembangunan transportasi nasional. Berangkat dari permasalahan transportasi tersebut, diperlukan kerangka kebijakan yang mengarah kepada: (1) fokus program penelitian dan pengembangan teknologi dan manajemen bagi kepentingan penerapan regulasi di bidang transportasi; (2) fokus riset-riset sosioekonomi dan kultural untuk menjawab berbagai masalah yang bermula dari para pelaku transportasi; (3) menyediakan berbagai bentuk insentif yang tepat untuk mengembangkan inovasi dan rekayasa transportasi; (4) mendorong peningkatan kemampuan industri transportasi nasional agar penggunaan komponen lokal,penerapan azas cabotage, maupun pembentukan kemandirian bangsa dapatdiwujudkan; (5) meningkatkan dukungan politik dan dukungan publik untuk mewujudkan tercapainya pemenuhan kebutuhan akan jasa transportasi nasional.
Manajemen transportasi maliputi kegiatan perancanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian transportasi. Menejemen transportasi bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas dan dilakukan antara lain dengan;
a. usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan, dan/jaringan jalan
b. pembarian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu
c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkar pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan perintah pemakai jalan
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventaris dan evaluasi pelayanan. Maksud dari inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan factor kecepatan dan keselamatan.
Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam mementukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan rencana umum jaringan transportasi jalan, peranan, kapasitas dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek ekonomi dan social.
Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas. Penyusunan rencana dan program dilaksanakan perwujudan. Maksud program dan perwujudan dalam ketentuan ini adalah
· penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan
· usulan usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan di tetapkan pada setiap persimpangan
· usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan
· usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat
kegiatan pengaturan lalu lintas maliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu, termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalan ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksud untuk mengetahui evektifitas dan kebijakan-kebijakan tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah di tentukan. Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi inventarisasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku di ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas palanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan criteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan
Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, tindakan korektif yang dimaksud untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah meninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam palaksanaan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijakan lalu lintas, pemberian dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen transportasi, dengan maksud agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaaan serta dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan
L. Masalah Transportasi Dan Lingkungan
MASALAH kemacetan dan polusi (pencemaran) dari sistem transportasi darat memang merupakan problema yang sulit dicari solusinya. Hal ini bukan saja menimpa Kota Bandung, namun kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan kota-kota di dunia pun juga mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar polusi udara dari kendaraan bermotor. Untuk itu, perencanaan sistem transportasi haruslah menjadi prioritas dalam upaya menanggulangi hal tersebut, terutama dalam menekan dampak negatif bagi lingkungan.
Memang, dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan dan bahan bakar yang digunakan.
Dampak negatif dari masalah sistem transportasi ini adalah tingginya kadar polutan akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Hal ini bisa menjadi ancaman serius bila dibiarkan begitu saja, bukan saja bagi lingkungan yang kita diami, lebih jauh ini bisa mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat dengan berjangkitnya penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara.
Memang, dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan dan bahan bakar yang digunakan.
Dampak negatif dari masalah sistem transportasi ini adalah tingginya kadar polutan akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Hal ini bisa menjadi ancaman serius bila dibiarkan begitu saja, bukan saja bagi lingkungan yang kita diami, lebih jauh ini bisa mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat dengan berjangkitnya penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara.
Program langit biru (PLB) yang pernah dicanangkan oleh Pemkot Bandung dalam rangka menekan tingkat pencemaran udara di Kota Bandung, pada praktiknya sulit untuk diterapkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan mobil pribadi atau kendaraan roda dua dibandingkan dengan menaiki kendaraan umum. Termasuk dalam pemeliharaan kondisi mesin kendaraan pun masih banyak yang tidak terawat, hingga menimbulkan semakin bertambahnya tingkat pencemaran udara.
Hal inilah yang harus menjadi pemikiran kita bersama dalam upaya memelihara dan menyamankan Kota Bandung sebagai kota yang bersih dengan tingkat polusi yang minim. Tentunya upaya ini adalah dengan adanya manajemen yang baik dalam perencanaan sistem transportasi. Dalam artian, system transportasi yang hemat energi dan berwawasan lingkungan. Perencanaan
sistem transportasi Pada dasarnya pemilihan model transportasi ditentukan dengan mempertimbangkan salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang terkecil. Transportasi massal merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi individual. Dengan mengurangi jumlah sarana transportasi (kendaraan) sekecil mungkin dan dalam waktu tempuh yang sekecil mungkin akan diperoleh efisiensi yang tertinggi, sehingga pemakaian total energi per penumpang akan sekecil mungkin, dan intensitas emisi pencemar yang dikeluarkan akan berkurang.
Aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi faktor generik dampak yang umumnya timbul, khususnya penggunaan energi, pencemaran udara-termasuk dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas. Selama aspek sistem transportasi yang memadai dan sesuai terlaksana dalam konteks perencanaan kota –melalui manajemen transportasi– efisiensi energi dan pencegahan dampak bagi lingkungan dapat dilakukan.
Dengan demikian, dalam mencapai sistem transportasi yang hemat energi, diperlukan terlebih dahulu upaya proaktif dalam perencanaan yang menjamin bahwa sistem transportasi yang direncanakan sesuai dengan tata ruang dan perencanaan kota, dalam cakupan waktu tertentu. Keadaan yang banyak ditemui sekarang di kota-kota besar Indonesia, umumnya timbul karena tidak serasi lagi antara program perencanaan tata kota dengan sistem transportasi yang ada, terutama akibat gejala urbanisasi yang jauh di luar perkiraan semula.
Dalam keadaan ini, umumnya upaya remedial sistem transportasi yang diterapkan lebih banyak bertujuan memecahkan masalah yang timbul sekarang dan berjangka panjang, tanpa integrasi yang sesuai dengan perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada aspek perencanaan sistem transportasi secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul beserta implikasi dampaknya tak akan dapat terpecahkan dengan tuntas.
Dengan demikian, dalam mencapai sistem transportasi yang hemat energi, diperlukan terlebih dahulu upaya proaktif dalam perencanaan yang menjamin bahwa sistem transportasi yang direncanakan sesuai dengan tata ruang dan perencanaan kota, dalam cakupan waktu tertentu. Keadaan yang banyak ditemui sekarang di kota-kota besar Indonesia, umumnya timbul karena tidak serasi lagi antara program perencanaan tata kota dengan sistem transportasi yang ada, terutama akibat gejala urbanisasi yang jauh di luar perkiraan semula.
Dalam keadaan ini, umumnya upaya remedial sistem transportasi yang diterapkan lebih banyak bertujuan memecahkan masalah yang timbul sekarang dan berjangka panjang, tanpa integrasi yang sesuai dengan perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada aspek perencanaan sistem transportasi secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul beserta implikasi dampaknya tak akan dapat terpecahkan dengan tuntas.
Dampak bagi lingkungan Perencanaan sistem transportasi yang kurang matang, bisa menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya kemacetan dan tingginya kadar polutan udara akibat berbagai pencemaran dari asap kendaraan bermotor. Dampak yang dirasakan akibat menurunnya kualitas udara perkotaan adalah adanya pemanasan kota akibat perubahan iklim, penipisan lapisan ozon secara regional, dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai terjadinya infeksi saluran pencernaan, timbulnya penyakit pernapasan, adanya Pb (timbal) dalam darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi hujan (hujan asam). Polutan (bahan pencemar) yang ada di udara–seperti gas buangan CO (karbon monoksida)– lambat laun telah memengaruhi komposisi udara normal di atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan dengan adanya dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak dijumpai dalam “model prediktif” yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam terhadap kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ke tingkat regional, dan sebagainya. Dalam sebuah bukunya tentang pencemaran udara (2001), Dr, Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh pencemaran udara bagi lingkungan–khususnya bagi terjadinya pemanasan global dalam setengah abad mendatang– diperkirakan akan meliputi kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub. Selain itu juga akan terjadi peningkatan badai atmosferik, bertambahnya populasi dan jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem hutan, daratan serta ekosistem lainnya. Adapun dampak negatif bagi kesehatan masyarakat, diketahui kontak antara manusia dengan CO, misalnya, pada konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100 ppm (mg/lt) akan berdampak pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui terutama dalam hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara umumnya memang kurang dari 100 ppm. Senyawa CO dapat menimbulkan reaksi pada hemoglobin (Hb) dalam darah. Adapun faktor penting yang menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah, makin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin fatal pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Sistem transportasi ramah lingkungan Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan. Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi. Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya;
1. Rekayasa lalu lintas. Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem transportasi yang direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemar dapat dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan (vehicle mile trip dan passenger mile trip), dan seterusnya. pola berkendara (driving pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu lintas. Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin, seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination). Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar.
2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan). Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang akan memberikan dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisingan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini. Sejak tahun 1970, bersamaan dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los Angeles Smog, dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan efisiensi bahan bakar. Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin, meliputi pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem pemantikan yang memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi uap bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM, dan after burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk mereduksi emisi HC dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.
3. Energi transportasi. Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan oleh jenis BBM yang digunakan. Seperti halnya penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas buang, bila peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu bebas timbal. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan sistem transportasi perkotaan, terutama bagi Kota Bandung akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya dalam upaya mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin meningkatnya kadar polutan udara oleh asap kendaraan bermotor. Mudah-mudahan Kota Bandung sebagai kota yang nyaman, indah, dan bersih akan tetap terpelihara eksistensinya.
Komentar