Aktivitas pertambangan nikel oleh PT Bumi Inti Sulawesi (BIS) di hutan produksi terbatas blok Sorowolio, Kota Bau-bau, dilakukan secara ilegal. Perusahaan itu melakukan perambahan hutan dengan membuat jalan sepanjang 24 kilometer dan lebar sekitar 35 kilometer tanpa mengantongi izin pinjam pakai kawasan hutan dari Menteri Kehutanan. Juga pengadaan fasilitas jalan dan sarana pendukung pabrik serta praktek perambahan hutan secara ilegal itu yang mungkin telah terjadi setahun lalu.
Aktivitas yang dilakukan PT BIS di blok Sorawolio seluas 1,796 hekatre itu diduga melakukan tindakan pidana kehutanan dan melanggar rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Baubau. Yang menjadi pertanyaan bahwa kenapa indikasi pelanggaran tersebut dibiarkan oleh pemerintah Kota Bau-bau serta aparat penegak hukum. Padahal permasalahan ini sudah diprotes oleh warga di wilayah Kecamatan Bungi dan Sorowolio sejak tahun 2008.
Menurut investigasi yang dilakukan Walhi ditemukan tiga daerah aliran sungai yang mengairi kawasan pertanian di Kecamatan Bungi dan kini akibat aktivitas pembangunan jalan tersebut menjadi sungai mati). Padahal Wilayah Kecamatan Bungi selama ini merupakan lumbung pertanian dan sumber mata air bagi perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Baubau.
Apalagi Dalam kawasan hutan produksi itu terdapat dua aktivitas tambang galian C yang dilakukan dua perusahaan yang diduga merupakan join operation (penggabungan operasi) dengan PT BIS yang menyuplai kebutuhan material batu, pasir dan kerikil untuk pembangunan fasilitas jalan tersebut. Meskipun ada aktivitas ilegal seperti ini, tapi pemerintah dan aparat penegak setempat masih melakukan pembiaran atas kegiatan yang akan mengancam kelestarian sumber daya alam di daerah itu., sebelumnya, tim dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bau-bau juga telah menyatakan akivitas penambangan yang dilakukan PT BIS adalah ilegal, sehingga harus mendapatkan tindakan hukum. Tim DPRD Kota Bau-bau telah meninjau dan melihat fakta di lapangan bahwa temuan mereka sama dengan temuan yang dilakukan Walhi Sultra.
Komentar